Sabtu, 22 Juni 2013

"Korupsi dalam perspektif Islam"



Korupsi adalah realitas hari ini, disini. Korupsi menjadi thema yang menarik dari hari ke hari, diprediksi berlanjut hingga hari depan. Sebagian kalangan menilai korupsi di Indonesia telah menjadi budaya karena begitu akut dalam penyelenggaraan pemerintahan. Korupsi identik dengan uang administrasi, uang pelicin, uang suap yang tahu sama tahu.

Menariknya, korupsi telah merambah jauh pada ruang-ruang politik, karena disana ada kewenangan politik. Korupsi berkenaan dengan ekonomi, dan negara dimandatkan Undang-undang untuk mengatur perekonomian untuk dan demi kemakmuran rakyat sebesar-besarnya. Yang mengurus negara adalah politisi-politisi bangsa yang lahir dari rahim Parpol yang duduk dalam penyelenggaraan negara. Menariknya, sebagian besar koruptor adalah orang-orang yang duduk dalam struktur penyelengaraan negara dan mereka adalah orang-orang beragama, mengerti dan faham atas pesan-pesan Tuhan melalui agama.

Dalam Islam, ekonomi adalah bahagian dari ilmu Islam dilihat dari ajaran-ajarannya. Perspektif demikian mengacu pada  falsafah segitiga emas antara Tuhan, Manusia dan Alam.

Dari segitiga emas itu, Tuhan berada dipuncak tertinggi, sedang Manusia dan Alam masing-masing berada disudut dasarnya, dan keduanya tunduk dan taat kepadaNya, Tuhan Yang Maha Esa.

“Dialah yang menurunkan hujan yang airnya menjadi minuman dan menumbuhkan tanaman bagi ternakmu. Dengan hujan itu, ia tumbuhkan pula bagimu gandum dan zaitun, korma dan anggur dan segala macam buah-buahan. Dan ia tundukkan pula bagimu malam dan siang, matahari, bulan dan bintang-bintang. Dan segala yang diciptakannya dibumi yang beraneka ragam. Ia tundukkan pula lautan supaya kamu makan daripadanya daging yang segar, dan supaya kamu mengeluarkan dari dalamnya perhiasan untuk kamu pakai. Dan agar dengan kapal-kapal, kamu mencari karunianya dan bersyukur. Dan telah ditancapkan diatas bumi, gunung-gunung berdiri kokoh, agar bumi tidak begoncang bersama kamu. Dan diadakan sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu memperoleh petunjukNya, QS An Nahl: 10-15”.

Ayat diatas terdapat empat doktrin utama bagi pemeluknya : 1) Tuhan Yang Maha Esa itu pencipta segala makhluk. 2) Langit, bumi dan seluruhnya isinya milik Tuhan dan tunduk kepada-Nya. 3) Amal shaleh, dan 4) Iman kepada hari pengadilan di hari kemudian, yaumil akhir.

Doktirn pertama: salah satu hasil ciptaan Tuhan adalah manusia yang berasal dari substansi yang sama, dan sama-sama memiliki hak dan kewajiban sebagai khalifah Tuhan di bumi. Semua manusia sama, tidak berkelas-kelas, tidak ada yang memiliki status sosial lebih tinggi, yang membedakan antar manusia adalah ketaqwaan dan amal shalehnya. Tidak meratanya nikmat Tuhan kepada manusia adalah Kuasa Tuhan semata, sumber keadilan hakiki.

Oleh sebab itu, antara manusia yang satu dengan manusia yang lain dianjurkan untuk berhubungan dan menjalin kerjasama dan persaudaraan dalam membangun ekonomi, saling membantu dalam kebaikan bukan kebathilan. Karena pada hakekatnya, manusia itu diuji tentang pribadi dan hartanya.

Doktirn kedua: tersirat segala yang ada di bumi adalah milik Tuhan. Manusia hanya sebagai khalifah Tuhan di bumi, hanya mempunyai hak memanfaatkan. Manusia diwajiban untuk mendapatkan dan menafkahkan hartanya dijalan yang benar. Dalam harta seseoarng terdapat pula hak orang lain, hak orang fakir, hak orang miskin, hak anak terlantar, hak orang-orang lemah. Dalam doktrin ini, sumber-sumber harta kekayaan yang menyangkut kepentingan orang banyak tidak dibenarkan dimonopoli, dikorup dan menjadi milik perseorangan.

Doktrin ketiga: banyak dimensi terkait, salah satu termasuk peran negara dalam mengatur perekonomian untuk membantu menyelenggarakan tugas-tugas negara dalam memerangi kemiskinan melalui harta yang tersedia dimuka bumi baik melalui pajak maupun melalui jalur harta kekayaan lain. Oleh Cak nur disebutkan keadilan sosial adalah bahagian dari amal shaleh. Didalam harta orang-orang kaya terdapat hak orang fakir, hak orang miskin dan hak anak-anak terlantar.

Doktirn keempat: menyangkut keimanan seseorang pada hari pengadilan diyaumil akhir kelak. Ini terkait tingkah laku manusia yang berpengaruh terhadap horizon waktu. Seseorang yang melakukan tindakan apapun harus mempertimbangkan segala akibat perbuatannya dihari kemudian. Dalam hal ini, manusia disuruh berfikir untuk melihat untung dan rugi dalam setiap keputusan yang diambil, tidak saja dalam jangka waktu sebelum mati tapi juga sesudahnya. Dalam doktrin ini mengandung banyak asas termasuk asas keadilan, karena sifat adil adalah bagian dari perilaku ekonomi.

Akan celakalah dihari kebangkitan orang-orang yang tamak, curang, tipu muslihat jika merampas hak orang-orang fakir, miskin dan anak terlantar dan tidak memberi makan mereka. Memakan harta orang-orang fakir, orang miskin, anak-anak terlantar sama statusnya dengan mendustakan agama.

Dari empat doktirn turunan pesan Tuhan melalui QS. An-Nahl: 10-15 memberi hikmah tentang hukum-hukum Tuhan, dilarang memakan makanan dan minuman yang diharamkan. Demikian juga penekanan pada keimanan atas adanya hari pengadilan diyaumil akhir, menuntut pertanggungjawaban dari apa yang kita lakukan, kembali pada hakekat penciptaan.

Karena manusia memiliki dimensi insan dengan memiliki karakter spiritual maka disini letak perbedaan antara manusia dan binatang. Jika manusia melepas identitasnya sebagai orang yang memiliki karakter spiritual, maka manusia itu sulit dibedakan karakternya dengan binatang. Karena ia tidak lagi mampu membedakan mana yang hak dan mana yang tidak. Karena perilaku manusia yang melepaskan dimensi spiritual itu, maka datanglah kaum-kaum pejuang kemanusiaan (insan kamil) yang mencoba mengangkat kembali harkat dan martabat manusia yang telah terbenam, harkat dan martabat manusia yang sulit dibedakan dengan binatang. Harkat dan martabat manusia yang menganggap harta, kekuasaan yang dilakukan dengan tidak ada tolak ukur dan garis pembatas yang tegas.

Oleh karenanya, insan-insan kamil yang dikonsepsikan sebagai manusia ideal, manusia sempurna yang merupakan manifestasi wakil Tuhan dibumi, yang lebih mulia dengan makhluk-makhluk ciptaan Tuhan yang lain menyerukan untuk kembali pada kesadaran hakiki, kembali merebut kualitas kesempurnaan sebagai manusia sesuai prinsip-prinsip Tauhid yang ada, agar manusia tidak jatuh wujud kemuliaan menjadi sama bahkan lebih rendah dari binatang.#

Cikini, 4/3/2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar