Jumat, 21 September 2012

‘Ada apa CIA dan Indonesia’



‘Ada apa CIA dan Indonesia’

Sebuah dokumen CIA yang berklasifikasi sangat rahasia (Top Secret) saat ini (2010) bocor ketangan wartawan,  heboh serta mudah dilacak dengan mesin pencari google. Dokumen itu berupa laporan CIA ke Pentagon yang sebenarnya akan diteruskan ke gedung putih. Dokumen itu terkait rencana penyerangan AS ke Indonesia agar dipertimbangkan kembali, terkait mahalnya biaya akibat peperangan tersebut jika benar-benar pecah.
------------------------------

Indonesia, sebenarnya sudah lama dijadikan target operasi sejak tahun 1945-1955---AS berusaha untuk mendekati berbagai kalangan dinegeri ini. Ditahun-tahun itu upaya Washington masih sebatas mencari akses untuk membangun pangkalan militer. Tetapi, setelah Bung Karno menjadi tuan rumah Konferensi Asia-Afrika di Bandung tahun 1955, muncul kekhawatiran AS terhadap terseretnya Indonesia ke blok komunis. Dalam periode itu CIA mulai melancarkan operasi besar-besaran baik dengan cara overt (terbuka) maupun covert (tertutup).

Pada akhir tahun 1950, Washington merasa sulit berhadapan dengan Bung Karno, sulit membangun kompromi politik, dan Bung Karno menurut catatan CIA sudah terlanjur di cap anti AS.

Washington frustasi menghadapi Bung Karno, akahirnya CIA kemudian ditugaskan untuk menyingkirkan Presiden pertama Indonesia itu dari kekuasaannya. CIA melancarkan operasi, sebuah topeng mirip Bung Karno dikirim ke Hollywood, lalu dipakai seorang bintang film porno yang sedang beraksi, tulis Barry Hillebrand, wartawan time yang tertulis begitu apik dalam buku Legacy of Ashes the History of CIA. Lalu foto mirip Bung Karno yang sedang bermain film panas atau porno itu disebar luaskankan di Indonesia. Tetapi CIA salah perhitungan, tidak seorangpun di Indonesia---percaya atas peran Bung Karno dalam film porno dimaksud, operasi itu gagal.

Operasi rahasia CIA kedua adalah menyuplai dana, senjata dan personal untuk pemberontakan PRRI/Permesta di Sumatra dan Sulawesi tahun 1957. Tapi Bung Karno menumpas habis pemberontakan itu dengan menugaskan Ahmad Yani, salah seorang pahlawan revolusi untuk menumpas pemberontakan itu. Bahkan sebuah pesawat pengintai milik CIA yang dipiloti Allen Pope berhasil ditembak jatuh TNI. Operasi CIA kedua gagal.

Operasi ketiga, CIA mencoba membujuk Bung Karno untuk keluar dari komunisme dengan cara membantu Bung Karno dalam upaya perebutan Irian Barat dari tangan Belanda. Tapi upaya membujuk Bung Karno itu gagal lagi, karena Bung Karno tetap dalam sikapnya menolak kompromi dengan AS. Ditengah frustasinya AS dalam menghadapi Bung Karno, maka CIA melancarkan operasi terbuka untuk membunuh karakter politik Bung Karno.

Pengganti Kennedy, Presiden Lyndon Johnson mengutus Ellworth Bunker ke Jakarta bulan April tahun 1965. Ada satu pertimbangan CIA yang tertulis oleh tim Weiner, jika Bung Karno dibunuh secara wajar maka komunisme akan menguasai Indonesia dan mengambil alih kekuasaan.

Olehnya itu, Bung Karno cukup dibunuh dengan tidak wajar, dengan cara menyingkirkan Bung Karno dari kekuasaannya. Akhirnya menurut peneliti for defense Information (AS), David Johnson peristiwa tahun 1965/1966 adalah upaya CIA untuk membunuh karakter politik Bung Karno dan komunisme sekaligus. Menurut peneliti David Johnson, alasan komunisme yang paling tepat untuk menumbangkan Bung Karno, komunisme dijadikan sebagai kambing hitam, dan terjadi fragmentasi politik yang hebat, (Tim Weiner, Legacy of Ashes the History of CIA halaman xv). 
----------------------------
Dalam buku lain diantaranya ‘Surrendering to symbol’ oleh Stig Aga Aanstad, buku ‘Pretext for Mass Murder: the September 30th Movement & Suharto’s Coup d’Etat in Indonesia oleh Jhon Roosa, dan buku Soekarno and the Indonesia Coup: the Untold Story oleh Helen-Louse Simpson Hunter. Aanstad menulis bukunya---berdasarkan disertasi, Roosa seorang Indonesia asal AS yang cukup terkenal dan Hunter pernah bekerja sekitar 20 tahun untuk CIA. Ketiga penulis itu mengupas tuntas operasi CIA di Indonesia, termasuk uraian yang begitu sistematis tentang peristiwa tahun 1965/1966.

Ketiga penulis itu---menyuguhkan tulisan yang menarik, antara lain seputar keberhasilan dalam keterlibatan CIA dalam menumbangkan Soekarno dan komunisme dengan menunggangi tentara (TNI) dan sejumlah politisi nasional tahun 1965/1966. Isi ketiga buku itu diulas tuntas dalam buku Legacy of Ashes the History of CIA oleh tim Weiner, 2007. Buku setebal 833 halaman ini mengulas tuntas operasi CIA di seluruh dunia termasuk Indonesia.

Kenapa AS menjadikan Indonesia sebagai salah satu target dari operasi CIA? Dan apa kepentingan AS terhadap Indonesia?. Indonesia menempati posisi strategis dalam kawasan Asia-Pasifik, dan pergaulan politik internasional. Karena begitu strategisnya Indonesia, maka sampai kapanpun AS tetap berkepentingan besar untuk beroperasi di Indonesia.

Indonesia---sebuah negara strategis merupakan taruhan besar bagi kepentingan nasional AS yang mutlak mesti diamankan agar tidak jatuh ketangan musuh-musuh ideologis AS. Mereka akan tetap melakukan semua cara untuk mempertahankan kehadirannya di Indonesia, Asia Tenggara dan Asia-Pasifik. Tujuan AS dikawasan ini adalah menciptakan stabilitas dan perdamaian yang menguntungkan kepentingan nasional Amerika.

Begitu penting dan mahalkah Indonesia dimata AS, sehingga Indonesia perlu diporak—porandakan demi kelanggengan dan kepentingan AS?. Jika ditahun 1965/1965 komunisme dikambing hitamkan untuk meluluhlantakan Indonesia. Karena Amerika Serikat (AS) begitu khawatir terhadap ancaman komunisme internasional sejak pecahnya revolusi Rusia tahun 1917. Benarkah Terorisme, konflik SARA diberbagai daerah di Indonesia, munculnya RMS di Ambon mencoba memporak---porandakan Indonesia juga bahagian dari operasi CIA? Karena konflik-konflik itu telah melumatkan sekian juta manusia Indonesia dipanggung sejarah. Dan suara-suara pesimistis menyimpulkan bahwa sekali SARA berperan dalam konflik dan pertikaian, sulit rasanya keluar dari luka-luka sosial, dan menaruh dendam sejarah yang panjang. Dan potensi ini sangat mungkin ditunggangi, karena memiliki potensi dan peta konflik yang sensitif dan mudah terbakar, demikian pula dianalisis dari fragmentasi politik Indonesia.

Jika benar demikian, maka warga bangsa, Indonesia boleh dikata telah kehilangan jati diri, karakter diri dan identitas diri ke-Indonesia-an. Pluralitas di Indonesia adalah fakta kepelbagaian yang lahir secara alami dan berdasar hukum alam; ras, warna kulit, suku, agama, budaya, jenis kelamin dan asal usul kebangsaan.

Karena pluralitas bukan sebuah pilihan tapi adalah sebuah anugerah dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Olehnya tidak ada yang salah dalam pluralitas. Pluralitas bukan negative good, yang terkadang digunakan untuk menyingkirkan fanatisme semu (to keep to fanaticism at bay), tapi pluralitas difahami sebagai pertalian sejati dalam merajut kesejatian diri dalam hidup yang terbingkai dalam kebinekaan tunggal ika. Ben Anderson mengatakan; Faham kebangsaan (nasionalisme) lahir bukan untuk mengusung kepentingan sebuah ras, agama, komunitas, atau daerah tertentu, melainkan untuk sesuatu yang dibayangkan. Bayangan pemikiran Ben Anderson dalam tesis itu---menggambarkan bangsa ini sebuah komunitas, yang sedari awal mereka tidak saling mengenal, tidak saling mengetahui, tidak pernah bertemu antara satu dengan yang lain. Tapi diantara mereka dari sabang sampai merauke, dari pulau Nias hingga pulau Rote---ada ikatan emosional ke-Indonesia-an, ada semangat persaudaraan horizontal.

Dengan itu, walau disadari bahwa CIA sejak awal pembentukannya---memang ditugaskan untuk mengintai, mencegah meluasnya kepentingan lain diberbagai belahan dunia---termasuk Indonesia  yang berusaha untuk mengganggu kepentingan AS. Tapi itu bukan alasan yang tepat bagi CIA, Washington, Gedung Putih dengan seenak hati memporak-porandakan kedaulatan negeri ini, membuat tercerai—berai hanya karena kekhawatiran atas terganggunya kepentingan AS dipentas dunia.

Olehnya, dengan adanya bocoran singkat dari CIA itu---menggugah kita generasi Indonesia perlu merekonstruksi diri---agar lebih matang dalam menjawab tantangan zaman dan bahaya terbesar yang ada didepan mata untuk negeri ini. Menilik secara cermat perjalanan panjang bangsa ini---telah menjadi kemestian sejarah, agar kita tidak salah kaprah dalam menafsirkan setiap problem bangsa. Setiap problem yang lahir dibangsa ini menuntut kemampuan kita untuk meresponsnya dengan mengedepankan sikap-sikap pro—aktif positif bukan dengan cara reaktif---negatif, semoga bermanfaat!.#


Catatan tercecer, tahun 2010, di Kupang.
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar